Pendidikan Islam "Antara harapan Dan kenyataan"
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang membuatnya unik berada di tengah-tengan pendidikan yang lain,baik tradisional maupun modern. Karakteistik isi dari pendidikan Islam pertama-tama tampak pada kriteria pemilihannya, yaitu Iman, Ilmu, Amal, Akhlak dan Sosial. Dengan kriteria tersebut pendidikan Islam merupakan pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral dan social. Semua kriteria diatas terhimpun dalam firman Allah :
“Demi masa,sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dalam kebenaran dan nasihat menasihati dalam kesabaran. (Q.S.Al-Ashr.103:1-3)
Pendidikan Islam pada masa lalu merupakan suatu model pembelajaran klasik untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dari tradisi masyarakatnya, artinya kalau anaknya sudah mempunyai sikap positif dalam beragama dan dalam memelihara tradisi masyarakatnya, maka proses pendidikan Islam sudah dianggap selesai menjalankan misinya.
Dewasa ini pendidikan Islam menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaanya, tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam dan kadang-kadang tampak dalam kedok politik, pendudukan militer, dan perang kebudayaan. Semuanya seperti terjalin dalam satu kekuatan yang berupaya memperdaya Islam dan pemeluknya.
Dan hal tersebut sudah dengan jelas disuratkan dalam Al-Quran :
“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama ) Allah dengan mulut ( ucapa-ucapan ) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci “. (Q. S. Al-Shaff, 61 : 8 )
B. KONDISI PENDIDIKAN ISLAM
1. Tantangan Global Internasional
Secara Global pendidkan Islam menghadapi tantangan yang sangat berat, apabila tantangan tersebut tidak di respon secara cermat oleh para pemikir Islam yang ikhlas dapat meningkat menjadi suatu ancaman serius bagi kehidupan dan masa depan kebudayaan Islam. Ancaman pertama ialah kebudayaan Islam berhadapan dengan kebudayaan barat yang sudah mengalami revolusi dalam segala aspek, kebudayaan barat sudah mulai menyerang generasi Islam melalui fase-fase psikis, sosil dan politis mulai dari hancurnya khasanah kebudayaan Islam masa Abbasiyah sampai sekarang masih belum bangkit dari keterlenaan menikmati perkembangan kebudayaan barat, dan bahkan menagung-agungkan hasil karya mereka yang sebenarnya mereka juga telah mengadopsi dari hasil karya orang-orang beriman.
Tantangan kedua, bersifat intern tampak pada kejumudan produktivitas pemikiran ke-Islaman dan upaya menghalangi produktivitas tersebut. Tantangan ini telah membuat generasi muda muslim terpenjara dalam kebudayaan meterialistis-penyerang dengan berbagai media massa dan teknologinya yang canggih. Para pemikir, Cendikiawan dan ULAMA muslim tidak diberi kesempatan untuk menghalau tipu daya “ para penyerang “ yang membuat generasi muda muslim seperti kehilangan akal sehatnya sehigga memungut “ sisa-sisa hidangan “ hasil dari pemikiran orang.
Tantangan ketiga, kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di negeri asing hanya memiliki kebudayaan asing,sehingga timbullah kesalah pahaman tentang men-tafsirkan Islam yang diprovokasikan oleh barat. Dan mereka berkampanye bahwa agama adalah musuh ilmu ( pendidikan ), agama adalah candu ( bumerang ) bagi bangsa, agama hanya mengatur hamba dan Tuhannya dan tidak berurusan dengan kehidupan, akibatnya muncullah penghancuran terhadap Islam, bagaimana tidak ?! Bukankah banyak orang Islam meninggalkan agamanya dengan dalih kebangsaan ?! Bukankan orang muslim memerangi saudaranya yang muslim atas nama nasionalisme ?!.
Tantangan keempat, sitim kebudayaan Islam disebagian Negara muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespon perkembangan zaman modern yang serba canggih, akibatnya dengan mudah para penyerang kebudayaan masuk dan merasuki pola kebudayaan baru yang menyimpang dari norma-norma ke-Islaman.
Tantangan kelima, kurikulum pendidikan Islam disebagian dunia pendidikan Islam masih mengabaikan khasanah kebudayaan Islam, terutama di lembaga-lembaga UNIVERSITAS ISLAM, alasannya Universitas hanya bertugas menghasilkan tenaga-tenaga terampil bagi masyarakat, sedangkan pembekalan keagamaan menjadi tugas fakultas-fakultas keagamaan, sehingga muncullah dikotomi pendidikan Islam yang menciptakan dualisme intelektual: Intelektual keagamaan (Ulama) dan Intelektual modern (Pakar dan Politisi Islam )
Tantangan-tantangan diatas menambah tugas dan kewajiban Lembaga pendidikan Islam dan Pendidik Muslim, untuk memperluas disiplin keislaman dan membangkitkan kembalai khasanah kebudayaan Islam agar mampu menghadapi berbagai tantangan zaman modern dan serangan-serangan kebudayaan yang melanggar norma-norma ke-Tuhanan.
2.Tantangan Nasional
Tantangan global yang dihadapi dunia pendidikan Islam menjadi ancaman serius bagi pendidikan Islam di Indonesia yang di kenal sebagai Negara Islam terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki sebutan “ SERAMBI MEKAH “ dengan fanatisme pemeluknya yang sangat kuat, hal inilah yang memancing dunia Barat untuk melakukan berbagai cara untuk menghapus nama serambi mekah dan mengikis sistim fanatisme pemeluknya. Berbagai lembaga pendidikan Islam mengadakan suatu penelitian dan kajian untuk menentungan format tantangan pendidikan Islam di Indonesia.
a) Pendidikan Islam di Indonesia berhadapan dengan pendidikan umum dan pendidikan non muslim yang favorit dan unggulan.dapat di simpulkan 75% lembaga pendidikan Islam di Indonesia berada dibawah Standat Pendidikan Nasional.
b) Para alumni pendidikan Islam sangat sempit dan sulit mencari lapangan kerja, mengingat kemampuan yang harus dimiliki berorientasi pada dua dimensi.
c) Era industrialisasi, pasar bebas, dan globalisasi menuntut suatu pembaruan ( moderenisasi ) pendidikan Islam secara cepat.
d) Di berlakukannya Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 yang menuntut adanya otonomi pendidikan secara penuh yang berorientasi pada Kompetensi dan Kompetisi dari masing-masing lembaga pendidikan.
e) Kondisi obyektif pendidikan Islam di Indonesia saat ini dan standar mutu lulusan kualitasnya masih sangat rendah.
C. KENYATAAN DAN HARAPAN
1.Kebutuhan
Untuk menemukan suatu solusi strategis terhadap kondisi pendidikan Islam di Indonesia saat ini memerlukan beberapa kebutuhan, pertama, ialah “ jati diri “ pendidikan Islam harus di reformasi dan reorientasi terhadap wawasan pendidikan Islam masa kini dan masa mendatang, dengan merubah fase dari dua dimensi menjadi tiga dimensi. Bukan hal yang tabu kalau kita mencermata kalimat bijak berikut :
“Memelihara tradisi dan budaya lama adalah yang baik, mengambil tradisi dan budaya baru harus yang lebih baik” ( Pesan Ali Bin Abi Tholib,r.a )
Kebutuhan kedua, lembaga pendidikan Islam harus mampu bersaing dan bersanding dengan lembaga pendidikan lain sebagai akulturasi budaya yang sesuai dengan khasanah kebudayaan Islam, relevansi pendidikan, prestasi dan dunia kerja.
Kebutuhan ketiga, pendidikan Islam diharapkan mampu beradaptasi dan mengantisipasi terhadap demokratisasi, otonomi daerah dan globalisasi, sehingga pendidikan Isam dapat dikatakan sebagai seni pembentukan masa depan generasi, bangsa dan Negara.
Kebutuhan keempat, pendidikan Islam wajib menerapkan suatu sistim konservasi terhadap nilai-nilai luhur yang sudah usang dan disesuaikan dengan tuntutan zaman dan tuntunan agama Islam.
2.Kenyataan
Pendidikan Islam di Indonesia identik denngan pondok pesantren dan madrasah, dimana sejak masa sebelum kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, lembaga pendidikan pesantren dan madrasah adalah lembaga pendidikan pinggiran, lembaga pendidikan bagi orang-orang miskin dan kurang mampu, sehingga untuk mendapatkan status kelegalan hukum sangat sulit dikeluarkan oleh Pemerintah, bahkan diera sekarang lembaga-lembaga pendidikan Islam disinyalir sebagai tempat pendidikan dan gembong teroris. Sehingga banyak para mujahid (pejuang Islam) yang harus berurusan dengan aparat bahkan harus mengorbankan nyamawnya dengan sia-sia.
Dengan berkembang pesatnya lembaga pendidikan Islam dari segi kualitas dan kuantitas dianggap sebagai suatu bumerang terhadap lembaga-lembaga pendidikan umum yang 90% sistem dan pengelolaannya ditangani pemerintah. Suautu contoh. Pertama banyak perusahaan-perusahaan asing didalam negeri yang tidak mau menerima lulusan madrasah, kedua di Bangkalan pernah terjadi demonstrasi Mahasiswa D2/PGSD/MI terhadap pengelola perguruan tinggi, karena ada isu lulusan 2 PGSD/MI Departemen Agama tidak diterima menjadi guru (PNS).
Selain hal itu masih banyak problem yang harus segera diluruskan, dengan haarus melibatkan para pemikir islam Ulama dan pemerintah sehingga tidak terjadi lagi suatu dikotomi pendidikan seperti pada masa penjajahan Belanda.
2. Harapan.
a. Pendidikan Islam dapat menampakkan karakteristiknya sebagai pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral dan sosial.
b. Pendidikan Islam dapat dikatakan seni pembentukan masa depan bagi penganutnya juga bagi bangsa dan negara.
c. Para pemikir dan pakar islam diharapkan mampu merumuskan suatu “ Problem Solving “ (Pemecahan masalah) terhadap sikap materialis para generasi islam akibat serangan budaya barat yang berlatar belakang Yahudi dan Nasrani.
“ dan tidak akan pernah rela ( berhenti mengajak ) terhadapmu ( umat islam ) orang-orang Yahudi dan Nasrani sampai kamu (umat islam) mengikuti agama mereka“. (Q.S.Al Baqarah,1)
DAFTAR PUSTAKA
• Saridjo, Marwan, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Jakarta ; Ammisco, 1996.
• Fajar, A. Malik, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta ; Alpa Grafikatama, 1998.
• Aly, Hery Noer dan Munzier, Watak pendidikan Islam, Jakarta ; Friska Agung Insan, 2000.
• Diknas RI, UUSPN No. 23 Tahun 2003, Jakarta ; Diknas , 2003.
• Nasir, Ridwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta ; Pustaka pelajar, 2005.
• Depag RI, Memetakan Persoalan Perguruan Tinggi Agama Islam, Jakarta ; Dirjen Bagais Depag RI, 2005
Komentar
Posting Komentar