2 Pilar Membangun Bangkalan
DUA PILAR MEMBANGUN MADURA
PASCA JEMBATAN SURAMADU
Oleh: Abdul Rasid, S.Ag, M.Pd.I
Madura merupakan salah satu pula terpenting di Jawa Timur, yang keberadaannya dapat diprediksikan nantinya Madura akan menjadi incaran para investor lokal maupun para investor asing, yang berkeinginan menanamkan modalnya dengan terbentangnya jembatan suramadu yang telah menghubungkan kota Surabaya sebagai icon Jawa Timur dan pulau Madura yang dikenal sebagai Madduh e Tennga Segereh (Madureh). Untuk menghadapi hal tersebut, setidaknya ada dua pilar penting yang harus dikedepankan oleh pemerintah dan masyarakat agar nantinya tidak mengalami kerugian yang berarti oleh hadirnya arus global, yang akan mempengaruhi corak sosial, ekonomi, budaya, dan cara beragama masyarakat Madura Pasca Jembatan Suramadu.
Pertama, mau tidak mau harus tercipta sistem pemerintahan yang bersih (clean governance), dan yang kedua adanya suatu sistem pendidikan yang bagus (good education). Kedua hal ini, jika dikesampingkan, akan berpengaruh pada bangkrutnya modal sosial dan kekayaan alam, setelah modal sosial dan kekayaan alam, akan muncul fakta selanjutnya, yakni krisis ekonomi yang berkepanjangan, setelah ekonomi mengalami krisis, mulai muncul dekadensi moral. Ppada titik ini, keadaan pemerintahan lemah, sementara masyarakatnya pesimis, karena dirundung berbagai problem sosial serta ekonomi yang semakin berat. Maka dari itu untuk terhindar dari itu semua, adanya pemerintahan yang bersih dan pendidikan yang bagus, sangat dimungkinkan masyarakat Madura akan lolos dari kemungkinan krisis di segala bidang.
Sebagai masyarakat yang peka masa depan, menuntut adanya pengelolaan pemerintahan yang profesional dan akuntabel, perlu terus dikawal sebagai bagian nawacita hidup berdemokrasi, hingga menjadi kesadaran umum masyarakat. Prinsip-prinsip demokrasi dalam kontek otonomi daerah dikawal dengan adanya good governance dalam segala bidang, hingga mempengaruhi sistem pengelolaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dijalankan dengan baik oleh pemerintah bersama komponen masyarakat.
Sejalan dengan prinsip diatas, pemerintahan yang baik itu berarti baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsur pemerintahan dapat bergerak dan terlibat secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan rakyat, dan bebas dari gerakan anarkis yang bisa menghambat proses pembangunan, karena sesungguhnya pemerintahan dapat dikatakan baik, jika program pembangunan dapat dilakukan dengan biaya yang sangat minimal namun dengan hasil yang maksimal.
Saat ini, Madura mebutuhkan figur pimpinan yang berlatar belakang Nasionalis dan Agamis sekaligus. Nasionalis berarti, ia memiliki darang juang, atau bahkan memiliki titisan darah juang. Sedangkan berlatar agamis, berarti berkarakter santri, mempunyai kemampuan di bidang agama, yang nantinya dijadikan landasan dalam merumuskan sebuah kebijakan yang tidak menyimpang dari garis-garis agama. Hal tersebut, merupakan perpaduan dua dimensi yang diharapkan menjadi solusi terbaik bagi masyarakat Madura, umumnya masyarakat Madura dalam menyongsong berbagai kemungkinan yang akan terjadi pasca jembatan suramadu.
Sangat dimungkinkan, jika kabupaten Madura memiliki pemerintahan yang demokratis dan pendidikan yang bagus, menatap masa depan akan lebih optimis, dan berani bersaing dalam percaturan dan persaingan global. Keanekaragaman budaya yang menjadi potensi terciptanya benturan antar masyarakat, akan dapat ditangkal dengan baik, karena pemerintahannya benar-benar ada di tengah-tengah masyarakat, yang artinya memantau segala yang terjadi di masyarakat.
Seperti yang kita tau, sistem pendidikan dan model pembelajaran di kabupaten Madura, lebih banyak lembaga pendidikan pesantren, dan dari sekian yang ada masih banyak yang bersifat klasik, yaitu hanya terfokus pada pembentukan karakter maupun pewarisan nilai-nilai budaya dari tradisi yang sudah mulai tidak relevan dengan zaman. Masih banyak para orang tua, bahkan pendidik beranggapan, jika anaknya sudah mempunyai sikap positif dalam memelihara tradisi masyarakatnya, maka misi pendidikan dianggap selesai.
Padahal, sebenarnya tidak selesai di situ saja. Apalagi sistem pendidikan di negeri masih belum menemukan alas pijak yang mapan, perubahan kurikulum masih menuansai bersamaan dengan berubahnya rezim pemerintahan. Sementara di satu sisi, tantangan globalisasi makin menancapkan taringnya, semisal budaya pop, dan fasilitas internet yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun, menjadi momok yang menakutkan bagi segenap orang tua, yang mempunyai anak usia dini.
Sebenarnya, semua itu merupakan bagian kemajuan peradaban manusia, namun apabila tidak adanya kesiapan secara mental bagi pemakainya, justru akan menjadi kemudharatan. Untuk itulah, perlu dipersiapkan dengan baik generasi-generasi penerus bangsa, agar siap menyongsong percepatan arus modernitas yang mengambil segmen akselarasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, meniscayakan kita untuk mengadakan perubahan dan perbaikan secara terus menerus dalam segala bidang kehidupan, tak terkecuali dunia pendidikan, yang selama ini kita terlibat didalamnya. Berpegang pada kata kunci, “pencerahan dan pemberdayaan lembaga pendidikan menuju sistem pendidikan yang lebih baik (good education)”.
Dengan selesainya mega proyek Jembatan Suramadu dan paket industrialisasinya telah berjalan. Satu sisi, merupakan berkah bagi masyarakat Madura, umunya masyarakat Madura, karena diasumsikan akan membawa banyak perubahan yang signifikan, lebih-lebih aspek ekonomi, yang mewujud sebagai; terbukanya banyak lapangan kerja baru; lahan-lahan kosong atau mati akan menjadi laha-lahan subur produktif; akses informasi komunikasi yang efektif dan handal; bahkan prinsip time is money mau tidak mau harus menjadi performa kinerja dan produktifitas masyarakat.
Namun, pada sisi lain, kita akan dihadapkan pula pada suatu realitas yang kontra produktif, yakni kemungkinan-kemungkinan tak terkontrolnya arus budaya luar yang masuk bersamaan dengan berjalannya industrialisasi; munculnya life style baru bagi masyarakat. Atas dasar pemikiran di atas maka pemberdayan (empowering) sistem pendidikan di Madura harus dijadikan dasar untuk merubah pola dan sistem kehidupan masyarakat Madura, umumnya Madura yang kebanyakan masih polos.
Jalan pintas dan termudah yang dapat dilakukan adalah melalui program Empowering sistem pendidikan menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif dengan menghasilkaan out put dan out come yang produktif. Sehingga icon penting dalam program industrialisasi pasca jembatan Suramadu yakni harapan menjadi “tuan di negeri sendiri” dan menjadi “pemain di kandang sendiri” akan segera terbukti dan terwujud.
Pada titik ini, pendidikan yang baik menjadi icon terpenting untuk mewujudkan generasi bangsa yang berbudaya dan profesional sehingga akhirnya akan menuntun pada terciptanya sistem pemerintahan yang bersih, bersih dari isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang selama ini telah mencabik-cabik harga diri bangsa Indonesia dan telah merusak kehormatan bangsa yang dikenal santun dan berbudaya.
Untuk itu, agar tugas berat ini menjadi ringan, butuh kerjasama antara pemerintah, insan pendidikan, serta masyarakat dalam skala umum, secara bersama-sama selalu dan terus berupaya untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan pendidikan yang bagus.
Komentar
Posting Komentar